29 Juli 2008

Bakteri Dijadikan Komputer

INILAH berita kedua tentang bakteri yang dijadikan komputer. Kali ini dari bakteri E.coli, para ilmuwan berhasil mengembangkan sebuah komputer untuk mengatasi masalah matematika klasik – walaupun masih secara terbatas -- yakni gosongnya kue dadar (burnt pancake problem).

Tantangannya adalah membuat setumpuk kue dadar yang bagian atasnya mengilap keemasan dari berbagai ukuran wajan kue dadar; masing-masing salah satu sisinya gosong. Kue-kue dadar itu ditumpuk mengerucut ke atas, dari yang paling besar di bagian bawah sampai yang paling kecil di bagian puncak.

Anda hanya boleh menggunakan satu spatula untuk membalik bagian atas kue-kue dadar. Proses matematikanya adalah bagaimana menyortir tumpukan itu dengan sesedikit mungkin membalik spatula.

Selain itu, agar matematikawan manusianya semakin lapar, masalahnya berkembang tak terkendali secara eksponensial. Untuk enam kue dadar ada 46.080 cara yang mungkin dilakukan, untuk 12 kue dadar ada 1,9 triliun cara menumpuk.

Komputer E.coli ini berbeda dengan komputer biasa. Ya, bakteri memang tidak bisa secara fisik membalik kue dadar. Karena itu si bakteri menjadikan bagian DNA-nya sebagai kue dadar simulasi, dengan bagian-bagian DNA dibalik untuk menyembunyikannya dari antibiotika pembunuh: dibiarkan hidup jika memberikan jawaban yang benar, dan mati jika jawabannya salah. Sebagai spatula digunakan protein yang disebut flagellin. Protein ini diambil dari bakteri salmonella dan disuntikkan ke bakteri E.coli

Karena jutaan komputer bisa dimasukkan dalam setetes air, maka isu penskalaan tidak akan muncul kalau bakteri tersebut sudah bisa melakukan penghitungan. Namun saat ini bakteri E.coli hanya bisa menemukan cara menyortir dua kue dadar.

Kabar tentang komputer dari bakteri E.coli ini adalah kejadian kedua. Sebelumnya, bakteri E.coli pernah dijadikan komputer, yakni sebagai sensor fotosensitif de facto untuk menghasilkan image monokrom 100 megapixel per inci persegi.

sumber : banjarmasinpost.co.id
Selengkapnya...

Menjadikan Styrofoam Ramah Lingkungan

Bakteri ada di mana-mana. Diam-diam mereka bekerja menghancurkan selulosa, mencerna sisa-sisa makanan, atau mengikat nitrogen di dalam tanah.Selain itu, dengan perkembangan bioteknologi,beberapa turunan bakteri tertentu juga dimanfaatkan untuk membersihkan minyak yang tumpah di laut hingga menangkap gambar beresolusi tinggi layaknya fungsi retina.

Baru-baru ini, para ahli biologi di University of College Dublin, Irlandia, menemukan turunan bakteri Pseudomonas putida, yang biasa ditemukan di dalam tanah, memakan minyak styrene murni dan mengubahnya menjadi plastik yang ramah lingkungan. Minyak yang merupakan hasil pemanasan styrofoam pada suhu tinggi itu mencemari tanah karena sulit terdegradasi di alam.

Kevin O’Connor dan koleganya mengubah polystyrene menjadi minyak melalui pyrolysis, yaitu memanaskan plastik turunan minyak bumi dengan suhu 520 derajat Celcius tanpa melibatkan oksigen. Pemanasan tersebut menghasilkan cairan yang terdiri atas minyak styrene sebesar lebih dari 80 persen dan sisanya berupa cairan racun lainnya.

Para peneliti kemudian memberikan cairan ini kepada salah satu turunan bakteri, Pseudomonas putida CA-3. Pada awalnya, mereka berharap bakteri akan memurnikan styrene dari larutan.

Namun, bakteri justru sangat menikmati menu makan barunya ini dan mengubah 64 gram styrene campuran untuk menghasilkan sekitar 3 gram bakteri baru.

Dalam proses ini, bakteri menyimpan 1,6 gram energi minyak styrene dalam bentuk plastik biodegradable (dapat terurai di alam) yang disebut polyhydroxyalkanoate atau PHA. Selain musnah jika dibakar, plastik jensi ini juga mudah terurai di alam.

Namun, proses biologi yang dilakukan bakteri menghasilkan produk sampingan yang masih beracun, yaitu toluene. Meskipun demikain, temuan ini membawa harapan baru karena menunjukkan bahwa styrofoam dan milekul polystyrene yang menyusunnya dapat diubah menjadi ramah lingkungan.

Styrofoam adalah salah satu sumber pencemaran lingkungan yang besar. Di AS saja, styrofoam sekitar 3 juta ton diproduksi pada 2000 dan 2,3 juta di antaranya dibuang ke lingkungan. “Prinsip dalam proses tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk mendaur ulang sampah plastik dari turunan minyak bumi,” kata para peneliti yang melaporkan temuannya dalam Environmental Science and Technology edisi 1 April.

sumber:http://www.sciam.com

Selengkapnya...

25 Juli 2008

Manusia dan lingkungan

Kerusakan lingkungan yang terjadi di Tanah Air dewasa ini sudah sampai pada tahap benar-benar mengkhawatirkan. Setiap hari terdengar bencana baik berupa banjir, tanah longsor, kekeringan, erosi, maupun kelaparan atau gizi buruk.
Kerusakan yang terjadi telah mengarah pada krisis lingkungan yang mengancam kelangsungan hidup hewan, tumbuhan dan manusia. Bila berlangsung tanpa kendali, dalam kurun waktu tertentu, lonceng kematian makhluk Bumi akan berdentang.
Sebagian besar kerusakan lingkungan, bila dicermati, sebenarnya berakar dari perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan. Eksploitasi terhadap alam secara berlebihan memacu terjadinya kerusakan lingkungan yang serius, misal terjadinya pencemaran air, polusi udara serta perubahan lahan yang semula subur menjadi tandus atau gersang adalah akibat tangan-tangan manusia.
Menurut Alquran, manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari alam. Manusia mempunyai peran dan posisi khusus di antara komponen alam dan makhluk ciptaan Tuhan yang lain yakni sebagai khalifah atau wakil Tuhan dan pemimpin di Bumi (QS Al-An’am: 165).
Manusia pada satu sisi adalah yang bertugas mengabdi kepada-Nya dan pada sisi lain sebagai khalifah Allah yang berkewajiban mempresentasikan peran Allah terhadap alam semesta, antara lain memelihara alam (rabb al-alamin) dan menebarkan rahmat di alam semesta.
Allah telah menciptakan jagat raya termasuk bumi dan seluruh isinya dalam keseimbangan, proporsi dan ukuran tertentu (QS Al-Hijr: 19 dan QS Al-Qomar: 49). Bumi tempat manusia tinggal dan melangsungkan kehidupannya terdiri dari berbagai unsur dan elemen dengan keragaman bentuk, proses dan fungsinya. Berbagai unsur dan elemen tersebut diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia. ”(Dialah) yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka, Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal (QS Thaha: 53-54).
Memang benar, alam dengan segala sumber dayanya antara lain diciptakan untuk kebutuhan manusia. Dalam memanfaatkan sumber daya alam guna menunjang kehidupannya, ia tidak boleh berlebihan atau melampaui batas, isyraf (Al-Anam: 141-142). Tidak boleh pula hanya berpikir untuk kepentingan sesaat dengan mengabaikan hak-hak generasi mendatang. Pemanfaatan berlebihan yang menguras sumber daya alam akan meninggalkan sampah dan residu bagi anak cucu. Perbuatan semacam ini tak ubahnya dengan merampok atau merampas hak-hak orang lain.
Oleh karena itu, pemanfaatan hak akan sumber daya alam harus disertai dengan kewajiban memelihara alam untuk berkelanjutan kehidupan. Berulang-ulang dinyatakan dalam Alquran bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dan sebaliknya Dia mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan dalam hidupnya, antara lain mampu menjalankan peran pemeliharaan dan konservasi alam dengan baik.
Dalam menjalankan misi khilafah ini, manusia telah dianugerahi oleh Allah berupa kesempurnaan ciptaan dan akal budi. Dengan kelebihannya itu, manusia diharapkan dapat memelihara dan mengatur keberlangsungan fungsi dan kehidupan semua makhluk secara adil, tanpa menzalimi kelompok atau makhluk lain (QS An-Nisa: 58).
Jadi, diperlukan kesadaran bersama akan pentingnya memelihara dan menjaga lingkungan demi masa kini dan masa depan. Wallahu alam bish-shawab. - Drs H A Dahlan Rais MHum, Sekretaris PP Muhammadiyah, dosen FKIP UNS

sumber : solopost.co.id
Selengkapnya...

Vegetarian Bantu Kurangi Pemanasan Global

Kapanlagi.com - Pola hidup vegetarian dapat membantu dunia mengurangi pemanasan global yang disebabkan gas buang dari industri peternakan, kata tokoh lingkungan Taiwan Wang Tzu Kuang.

Dengan hanya mengonsumsi bahan nabati tanpa berlebihan, kaum vegetarian, misalnya, dapat menekan laju peternakan hewan konsumsi yang menjadi biang pemanasan global, kata Wang dalam seminar "The Survival of The Planet and Life" (Keberlangsungan Bumi dan Kehidupan), di Batam, Minggu malam.

Tokoh lingkungan yang juga Ketua "International Nature Loving Federation" tersebut mengatakan, dari berbagai penelitian, ternyata efek rumah kaca yang berdampak negatif pada lapisan es Kutub Utara, terutama bukan disebabkan gas dari industri atau kendaraan bermotor.

Justru, katanya, karbon dioksida, metana, nitro oksida dari kotoran ayam, itik, sapi, babi, kambing, domba di berbagai industri peternakan, merupakan penyebab terbesar menebalnya lapisan gas rumah kaca di atmosfir yang kemungkinan besar memusnahkan bongkahan es (glasier) di Kutub Utara pada 2012.

Daya ikat gas metana pada panas 20 kali lebih kuat dari gas asam arang (karbon dioksida), sedangkan kekuatan ikat nitro oksida 26 kali daripada gas asam arang.

Itulah, katanya, yang dihasilkan dari industri susu dan daging, juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Di lain pihak, rata-rata dalam satu detik, dunia kehilangan hutan seluas satu lapangan sepakbola.

Wang menyebut dampak negatif kotoran hewan dari industri peternakan kian diakui lembaga internasional yang semula menahan diri dalam memublikasikan dampak negatif industri peternakan.

Hasil penelitian dari Organisasi Pertanian dan Makanan Dunia (FAO), dan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), katanya, juga menunjukkan korelasi yang positif.

"Bukan hanya dari limbah domestik sapi," kata Wang, "metana dalam jumlah yang luar biasa dihasilkan dari setiap kentutnya."

Kini, katanya, bagi vegetarian atau siapa saja yang mempraktikkan pola hidup prolingkungan, dapat menyumbang peran lebih bermakna bagi keberlangsungan keberadaan es di Kutub Utara.

Selain hanya mengonsumsi makanan nabati, katanya, generasi sekarang dapat mengurangi gas buang kendaraan bermotor dengan bersepeda atau berjalan kaki untuk jarak tempuh pendek, dan di rumah-rumah memakai lampu hemat energi.

Ia menyeru supaya orang di rumah-rumah tangga juga mengurangi suhu dingin ruang bermesin pengatur suhu, dan mematikan sambungan lisrik ke komputer atau televisi ketika tidak digunakan.

"Tanamlah pohon," kata Wang.

Pohon-pohon yang kelak tumbuh besar sampai tiga puluh tahun, dapat mengurangi penggunaan AC (air conditioning) di negara-negara tropika.

sumber:www.kapanlagi.com
Selengkapnya...

BAHAN BAKAR NABATI MASIH MENCEMARI UDARA ?

BICARA tentang bahan bakar dan pencemaran. Hidrokarbon yang menjadi ”sumber” bahan bakar minyak yang pada prosesnya menghasilkan Karbondioksida (CO2) adalah gas yang mencemari udara. Lalu bagaimana dengan bahan bakar minyak nabati yang juga adalah Hidrokarbon, mengapa orang-orang bilang bahan bakar nabati ini ramah lingkungan? Bukankah Hidrokarbonnya juga akan menghasilkan CO2?

carbon+cycleCO2 yang berasal dari minyak nabati dan CO2 yang berasal dari minyak bumi (fosil), sama-sama berpotensi sebagai ”pencemar”. Bedanya adalah bahwa CO2 yang berasal dari minyak bumi ”menambah” CO2 yang sebelumnya ”terkubur” di dalam materi hidrokarbon di dalam perut bumi, sementara bahan bakar dari tumbuh-tumbuhan merupakan bagian dari siklus karbon yang setimbang di atas permukaan bumi.

Walaupun pada dasarnya CO2 tidaklah ”berbahaya” bagi kehidupan manusia, namun jika kadarnya melebihi ambang batas yang ideal (0,03%), dapat menyebabkan apa yang disebut dengan efek rumah kaca.

511natgascombust

Jadi mencemari udara juga masih harus di definisikan lebih jelas lagi, unsur dan senyawa apa yang ”mencemari”. Sepeti halnya bahan bakar dari tumbuh-tumbuhan (biofuel) tidak mengandung dan melepaskan pencemar lain seperti belerang (sulfur,SO2).

Biofuel juga bersifat renewable, artinya dapat diperbaharui, sumber utama dari tumbuhan dapat di tanam dan di olah kembali hasilnya, tidak seperti bahan tambang minyak dan batubara, yang tidak bisa di ”buat” kembali.

asap_knalpotJadi jika dalam suatu kesempatan di sekolah kamu, ada demonstrasi mesin mobil yang berbahan bakar dari tumbuhan (biodiesel, bioetanol,atau bio-bio lain) jangan coba-coba menghirup asap yang keluar dari cerobong asap (knalpot)-nya, karena buangannya tetap saja CO2, walau memang bebas belerang.***


sumber : bocah.org


Selengkapnya...

Pemanasan Global Dampak Dari Kerusakan Lingkungan

Gaya hidup selaras dengan alam (living green) perlu mendapat perhatian masyarakat dan pemerintah di dunia, sebagai upaya mengurangi pemanasan global yang menyebabkan terus meningkatnya temperatur di bumi.

Various (ANT/AMO) —

Pemanasan global juga dampak dari kerusakan lingkungan di bumi, kata kata Pakar Lingkungan dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta (UBH), Profesor Dr Ir H Nasfryzal Carlo M.Sc di Padang, Sabtu.

Hal tersebut disampaikannya saat dikukuhkan sebagai guru besar tetap bidang ilmu bidang ilmu rekayasa lingkungan dan pengolahan limbah Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UBH.

Dalam pengukuhan yang dilakukan Rektor UBH, Prof Dr Yunazar Manjang itu, Profesor Nasfryzal Carlo menyampaikan pidato ilmiah berjudul “Pembangunan berkelanjutan dan etika lingkungan serta dampak pemanasan global”.

Menurut Carlo, agar temperatur bumi tidak terus meningkat dan kerusakan lingkungan tidak semakin parah, maka pemanasan global harus dikurangi.

Ia mengatakan, meminimalkan pemanasan global dilakukan dengan mengurangi pelepasan gas rumah kaca dan mencegah terjadinya pencemaran udara lainnya ke atmosfer.

Cara yang paling positif untuk hal itu, adalah melakukan gaya hidup selaras dengan alam (living green) sebagai keharusan dalam kehidupan sehari-hari bagi oleh pemerintah maUpun masyarakat di dunia, tambahnya.

Ia menjelaskan, langkah-langkah gaya hidup selaras dengan alam itu seperti, menghemat pemakaian arus listrik dan bahan bakar minyak (BBM).

Gaya ini diwujudkan dengan mematikan lampu listrik yang tidak penting, mematikan komputer ketika tidak bekerja, mematikan alat pendingin ketika tidak berada di dalam ruangan dan mematikan televisi saat tidak menonton.

Kemudian, menghindari penggunaan lift atau eskalator pada bangunan berlantai dua, memaksimalkan penggunaan transportasi umum dan kendaraan yang berbahan bakar gas atau biodiesel.

Selanjutnya, memakai kendaraan bebas poLusi seperti sepeda dan becak, menGhindari pembakaran sampah, menerapkan konsep 3R (reduce, reuse and recycle atau mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang) dalam sistim pengelolaan sampah.

Gaya lainnya, mendesain bangunan dengAn sirkulasi udara dan pencahayaan alami, mengontrol emisi operasional perusahaan, membeli produk lokal untuk mengurangi transportasi barang-barang impor dan jika terpaksa beli produk impor yang mempunyai “ercycle” logo.

Hidup selaras dengan alam, kata Carlo, juga diimplementasikan dengan mengganti tas belanja dari bahan plastik ke bahan kain atau bahan organik lainnya, menggunakan kertas pada kedua sisi dan mendaur ulang kembali, menebang pohon yang harus diikuti penanaman kembali dan membuka lahan dengan cara tidak membakar.

Berikutnya, menghentikan penebangan hutan secara liar, membudayakan gemar menanam pohon, menggunakan taman hidup sebagai pagar dan merubah gaya hidup untuk menyelamatkan bumi, tambahnya.

Sementara itu, khusus bagi pemerintah dan pihak-pihak pengambil kebijakan diminta lebih aktif mematuhi dan melaksanakan ketentuan dan aturan menjaga lingkungan secara konsekwen.

Kepada negara-negara yang masih mempunyai hutan penghasil oksigen diharapkan upaya pelestarian hutannya dengan kebijakan tebang pilih terhadap hutan yang masih diperlukan dalam pembangunan, katanya.

Dalam hal ini, kepada semua negara di dunia harus mempunyai komitmen untuk mengurangi gas rumah kaca sebagaimana diamanatkan protokol Kyoto (1997), tambahnya.

Bagi negara-negara penghasil utama gas rumah kaca harus memberikan kompensasi kepada negara-negara produsen oksigen melalui mekanisme pembangunan bersih yang sudah ditetapkan di sejumlah negara-negara berkembang.

Selanjutnya, merealisasikan perdagangan karbon sebagaimana dibicarakan dalam konferensi perubahan iklim di Bali, tahun 2007 lalu, demikian Prof Dr Ir H Nasfryzal Carlo M.Sc.(N42)

sumber : abdimedia.com

Selengkapnya...

Menguak ’’Dunia yang Hilang” di MAMBERAMO

Lembah Mamberamo di kaki Gunung Foja,Papua,bak dunia yang hilang. Namun, kini misteri itu mulai terkuak dengan penemuan berbagai spesies flora-fauna yang unik. Keadaan alam di Lembah Mamberamo di Gunung Foja, Kab Sarmi, Provinsi Papua, masih begitu asri.

JAYAPURA(SINDO) –Dibelah sungai Mamberamo yang memiliki panjang 670 km, Lembah Mamberamo kaya akan spesies flora dan fauna. Bahkan, ada beberapa spesies langka yang belum pernah ditemukan.

Sejauh ini lembah itu belum terjamah. Misteri yang tersimpan di daerah yang ditempati suku terasing Papua itu pun belum banyak yang terkuak. Padahal, potensi alamnya yang alamiah, selain spesies langka flora-fauna,sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Tak heran bila Lembah Mamberamo sering dijuluki ’’Dunia yang Hilang”. Itu wajar saja karena Lembah Mamberamo di lereng Gunung Foja diselimuti hutan hujan seluas 3.000 km2. Lokasinya yang berada di ketinggian sekitar 2.200 meter di atas permukaan laut pun sulit dijangkau karena cukup curam.Bahkan, masyarakat setempat enggan merambah wilayah itu.

Kini, misteri ’’Dunia yang Hilang” sedikit mulai terkuak lewat ekspedisi yang dilakukan tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama peneliti dari Conservation International (CI) pada Juni 2007 ini. Ekspedisi Gunung Foja pada Juni 2007 merupakan yang kedua setelah ekspedisi pertama pada 2005 lalu.

Dalam ekspedisi itu ditemukan puluhan jenis spesies baru flora dan fauna yang belum pernah ditemukan. Berdasarkan laporan CI, ada lebih dari 30 spesies baru ditemukan selama ekspedisi itu. Spesies baru itu, yakni tikus berukuran raksasa atau lima kali ukuran tikus kota, kanguru pohon berbulu emas, echidna berparuh panjang, burung pemakan madu, kanguru pohon berbulu putih,burung elang kecapi, burung punjung paruh emas,burung nuri daun,kura-kura raksasa berkulit halus, spesies katak, kupu-kupu delia, tanaman raksasa,dan palem.

Beberapa di antaranya yang dianggap spesies baru,yakni burung berbulu mirip ranting pemakan madu, 20 spesies katak, 4 spesies kupu delia, dan 45 spesies palem. ’’Mamberamo menjadi salah satu target penelitian kami untuk mendata spesies baru,” tutur Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Deddy Darnaedi.

Dia menambahkan, hasil temuan spesies baru itu akan disimpan dan menjadi data base spesies flora dan fauna Indonesia. Pemberian nama spesies baru tersebut akan dilakukan setelah penelusuran jenis dan marga dari spesies itu selesai dilakukan secara lengkap. Nama yang akan diberikan pada spesies tersebut bisa gabungan dari nama peneliti lokal dengan peneliti asing.Dengan demikian,spesies- spesies itu akan tercatat dalam sejarah.

’’Setelah penelusuran kami terhadap jenis spesies ini selesai dilakukan, kami akan mengumumkan nama spesies-spesies baru itu kepada publik,”paparnya.

Selain itu, ekspedisi tersebut masih sebatas menelusuri jenis hewan dan tumbuhan yang tampak kasatmata, misalnya tikus berukuran raksasa yang sering ditemui oleh tim ekspedisi.Kerja sama dari pemerintah lokal dan masyarakat setempat juga sudah semakin membantu. Ke depan, ekspedisi tidak hanya dilakukan untuk kembali menyisir spesies yang gampang dilihat, juga spesies serangga, reptil, dan lain-lain.

Hal itu tentu membutuhkan tim dari berbagai bidang ahli dan ketelitian. ’’Dulu kami sulit sekali mendapatkan akses untuk menjelajahi Mamberamo.Namun, kini pemda sudah mau memberikan akses,”ujarnya.

Beberapa daftar spesies di Papua berdasarkan data CI,yakni 191 jenis spesies mamalia, 552 spesies burung air dan darat (tidak termasuk burung pantai atau burung migran), 142 spesies kadal,83 spesies ular, lebih dari 130 spesies katak, 2.650 spesies ikan (sekitar 60 persennya spesies ikan laut), serta lebih dari 100.000 spesies antropoda (spesies tanaman hidup di wilayah ini).

Tanaman asli wilayah itu diperkirakan 50 persen dari total jumlah spesies flora.Papua pun merupakan wilayah terkaya tanaman anggrek jenis Bulbophyllum dan Dendrobium, dengan 500 lebih spesies mengagumkan dari genre ini. Pada ekspedisi 2005, tim CI mencatat 40 spesies baru ditemukan, termasuk kanguru berbulu emas. Bahkan, Buchler Bruce dari CI menyatakan bahwa 200 jenis spesies burung di Papua dipercaya merupakan yang terbanyak di dunia.

Begitu para ilmuwan tiba di daerah survei,mereka langsung disambut seekor burung yang aneh. Bulunya hitam, tapi mukanya berjengger warna kuning tua, seperti ayam. Buchler yang ornitolog memastikan bahwa burung itu adalah honeyeater atau burung pengisap madu jenis baru. Dalam survei selama sebulan itu saja, para peneliti berbagai bidang telah memperoleh hasil-hasil tertentu.

Selain penemuan tersebut, ahli serangga juga menemukan lebih 150 jenis serangga, termasuk empat spesies baru,khususnya jenis kupu-kupu langka yang jarang ditemukan di bagian lain dunia.Kupu-kupu itu, yakni kupukupu sayap burung yang dianggap sebagai kupu-kupu terbesar di muka bumi. Sebab, rentangan sayapnya mencapai 18 cm. (abdul malik)

Sumber : Seputar Indonesia (19 Desember 2007) Selengkapnya...

Biopori: Teknologi Solusi Banjir

(Erabaru.or.id) — Teknologi biopori ini ditemukan oleh Ir. Kamir R Brata MS dosen ilmu tanah, air, dan konservasi lahan Fakultas Pertanian IPB.

Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat aktifitas organisma di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.

Prinsip dari teknologi ini adalah menghindari air hujan mengalir ke daerah yang lebih rendah dan membiarkannya terserap ke dalam tanah melalui lubang resapan tersebut.

Teknologi ini bisa diterapkan di kawasan perumahan yang 100% kedap air, di saluran air, di rumah-rumah yang memiliki lahan terbuka bahkan untuk kawasan persawahan di lahan miring.

Tak perlu khawatir tanah akan menjadi lunak, karena air yang terserap akan tersimpan menjadi cadangan air di bawah tanah. Begitu pun tidak ada bau yang ditimbulkan dari sampah karena terjadi proses pembusukan secara organik.

Cara pembuatan lubang ini ternyata cukup sederhana. Diawali dengan pembuatan lubang dan memasukkan sampah organik ke dalam lubang tersebut. Sampah-sampah ini kemudian diurai oleh organisma pengurai sehingga terbentuk pori-pori. Dengan cara ini, air hujan yang turun tidak membentuk aliran permukaan, melainkan meresap ke dalam tanah melalui pori-pori.

Langkah-langkah membuat lubang resapan biopori (LRB):

1. Dengan sebuah bor LRB kita bisa membuat lubang, untuk memudahkan pembuatan lubang bisa dibantu diberi air agar tanah lebih gembur.

2. Alat bor dimasukkan dan setelah penuh tanah (kurang lebih 10 cm kedalaman tanah) diangkat, untuk dikeluarkan tanahnya, lalu kembali lagi memperdalam lubang tersebut sampai sedalam 80 cm dan diameter 10 cm.

3. Pada bibir lubang dilakukan pengerasan dengan semen atau potongan pendek pralon. Hal ini untuk mencegah terjadinya erosi tanah.

5. Kemudian di bagian atas diberi pengaman besi supaya tidak terperosok ke dalam lubang.

6. Masukkan sampah organik (sisa dapur, sampah kebun/taman) ke dalam LRB. Jangan memasukkan sampah anorganik (seperti besi, plastic, baterai, stereofoam, dll)!

7. Bila sampah tidak banyak cukup diletakkan di mulut lubang, tapi bila sampah cukup banyak bisa dibantu dimasukkan dengan tongkat tumpul, tetapi tidak boleh terlalu padat karena akan mengganggu proses peresapan air ke samping.

Pemeliharaan LRB:

1. Lubang Resapan Biopori harus selalu terisi sampah organik

2. Sampah organik dapur bisa diambil sebagai kompos setelah dua minggu, sementara sampah kebun setelah dua bulan. Lama pembuatan kompos juga tergantung jenis tanah tempat pembuatan LRB, tanah lempung agak lebih lama proses kehancurannya. Pengambilan dilakukan dengan alat bor LRB.

3. Bila tidak diambil maka kompos akan terserap oleh tanah, LBR harus tetap dipantau supaya terisi sampah organik.

Lubang resapan biopori merupakan teknologi tepat guna untuk mengurangi genangan air dan sampah organik serta konservasi air bawah tanah. Untuk setiap 100 m2 lahan idealnya Lubang Resapan Biopori (LRB) dibuat sebanyak 30 titik dengan jarak antara 0,5 - 1 m. Dengan kedalam 100 cm dan diameter 10 cm setiap lubang bisa menampung 7,8 liter sampah. Sampah dapur dapat menjadi kompos dalam jangka waktu 15-30 hari, sementara sampah kebun berupa daun dan ranting bisa menjadi kompos dalam waktu 2-3 bulan.

Selengkapnya...

Waspadai Pergeseran Lempeng Indo-Australia dan Eurasia

Yogyakarta (ANTARA News) - Pergeseran lempeng Indo-Australia dan Eurasia tetap perlu diwaspadai, apalagi terkait dengan dua gempa terakhir yang terjadi pada 12 dan 20 Juli 2008 dengan pusat gempa di dalam laut di Samudera Hindia.

"Meski pusat gempa berada jauh di tengah samudera, namun dua gempa terakhir, 12 dan 20 Juli patut dicermati meskipun tidak berpotensi menimbulkan tsunami," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta, Tiar Prasetya, Minggu.

Pada 12 Juli pukul 17.34 WIB terjadi gempa bumi tektonik berkekuatan 5,0 Skala Richter (SR) yang mengguncang wilayah Kabupaten Bantul dan sebagian Kota Yogyakarta.

Pusat gempa di laut pada kedalaman 20 km, dan berada di posisi 8,96 Lintang Selatan (LS) - 110,45 Bujur Timur (BT) atau sekitar 112 km ke arah Barat Daya dari kota Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), atau 130 km ke arah Tenggara dari Kota Yogyakarta. Gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Kemudian Minggu, 20 Juli pukul 13.11 WIB gempa bumi berkekuatan 5,9 SR mengguncang wilayah DIY, Jawa Tengah dan sebagian wilayah Jawa Timur.

Pusat gempa di laut dengan kedalaman 10 km. Posisinya pada 9 LS - 111.24 BT, atau berada di 135 km Tenggara Wonosari (DIY), atau 145 km Barat Daya Blitar (Jawa Timur), 155 km Barat Daya Madiun (Jawa Timur), atau 157 km Tenggara Bantul (DIY). Gempa tersebut juga tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Ia mengatakan aktivitas dari pergeseran lempeng Indo-Australia dan Eurasia selama ini memberikan pengaruh yang signifikan pada gempa yang berpusat di laut yang terjadi di kawasan Aceh hingga Nias, Pangandaran sampai Banyuwangi, dan Bali.

"Apabila gempa di laut di kawasan tersebut kekuatannya di atas 6,5 skala Richter, harus diwaspadai karena bisa menimbulkan tsunami," katanya.(*)

sumber : antara Selengkapnya...

Wuuih Ada Baterai dari Buah Salak

Sutikno kaget, ternyata topik sumber arus dalam mata pelajaran fisika yang diajarnya menjadi awal sebuah temuan baru. Bersama para siswanya, guru SMPN 2 Wanadadi Jawa Tengah ini menemukan bahwa campuran buah salak dengan air dapat menghasilkan tegangan sebesar 0,56 volt.

"Awalnya saya cuma memikirkan gimana anak-anak bisa terlibat total dalam pembelajaran. Aki itu kan cairan elektrolit, cairannya asam. Salak di daerah kami itu ada yang sangat asam, jadi siapa tahu bisa dipakai," ujar Sutikno seusai mempresentasikan hasil penelitiannya di depan dewan juri Lomba Karya Ilmiah Guru (LKIG) 2008 yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Depok, Senin (7/7).

Dari prinsip itulah Sutikno dan para siswanya mencoba dalam praktikum fisika. Apalagi Wanadadi adalah daerah penghasil salak yang cukup besar. Tiap bulan, menurut Sutikno, pasti ada panen salak. "Orang-orang di sana, termasuk anak didik saya, rata-rata memang hidup dari salak," katanya. Bahan-bahannya adalah buah salak, air, seng sebagai kutub negatif, dan tembaga sebagai kutub positif.

Awalnya, buah salak diblender dengan air dengan perbandingan 200 gram:200 ml, lalu dituang ke dalam setengah gelas air mineral. Seng dan tembaga berukuran masing-masing 5 cm yang telah dikaitkan dengan kabel penghantar kemudian dimasukkan ke gelas. Ketika diukur dengan multimeter digital, multimeter menunjukkan tegangan yang dihasilkan 0,56 volt, bahkan ketika dicoba kembali oleh Sutikno, sempat mencapai angka 0,6 volt. Sutikno mengatakan, tegangan listrik yang dihasilkan oleh jus salak ini dapat menghidupkan kalkulator bertegangan 3 volt atau jam digital 1,5 volt. Tentu saja Sutikno menjelaskan, dia harus membuat jus salak lebih banyak lagi hingga tiga gelas untuk 1,5 volt dan enam gelas untuk 3 volt. "Gelas-gelas berisikan jus salak tersebut diserikan hingga tegangannya akumulatif," ujar pria berusia 32 tahun ini.

Inovasi ini ditemukan Sutikno berdasarkan tuntutan kurikulum yang harus memberikan stimulan dan pengalaman nyata bagi siswa dalam proses pembelajaran untuk mandiri dan kreatif. "Paling tidak anak-anak punya pengalaman belajar dan kompetensinya tercapai. Fokus kami juga, alam sekitar dapat menjadi tempat belajar dan anak-anak menjadi lebih akrab dengannya," ujar Soetikno yang baru pertama kali mengikuti lomba ini karena diajak Djoko Harwanto, rekan gurunya dari sekolah yang sama.

Djoko sendiri sudah malang melintang dalam lomba-lomba karya ilmiah. Dalam presentasinya, dewan juri memuji temuan Sutikno dan memberikan masukan agar Sutikno mempertajam penelitiannya seperti dengan mengukur tingkat keasaman dan elektronnya untuk mencari tahu faktor apa yang paling berpengaruh.

"Ya kami belum sanggup untuk itu, alat-alatnya saja enggak lengkap," ujar Sutikno. Untuk itu dirinya berharap ada pihak-pihak yang mau memberikan perhatian terhadap infrastruktur yang memadai di sekolahnya untuk melanjutkan penelitian baterai salak tersebut.

Sumber : Kompas (7 Juli 2008)

Selengkapnya...

Luar Jawa berpotensi sebagai raja Bioetanol

Menipisnya pasokan minyak bumi berakibat melonjaknya harga hingga US$100/barel. Pemerintah pun semakin berat menanggung beban subsidi bahan bakar minyak. Menaikkan harga BBM menjadi salah satu pilihan. Langkah itu semestinya tidak perlu terjadi seandainya 1,25-juta hektar sagu di Papua dan Maluku, serta 2-juta aren di Minahasa Utara dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol.

Sagu salah satu sumber pati tertinggi. Setiap hektar sagu menghasilkan 25 ton pati. Jumlah itu jauh lebih tinggi ketimbang kadar pati beras dan jagung yang masing-masing hanya 6 dan 5,5 ton/ha. Bila diolah menjadi bioetanol bisa menghasilkan 4.000-5.000 liter/ha/tahun.

Seandainya sejuta hektar saja yang diolah menjadi etanol, dapat dihasilkan sekitar 4-miliar-5-miliar liter bietanol/tahun. Jumlah itu dapat memenuhi kebutuhan premium di Papua yang hanya 100-juta liter/tahun atau surplus 3,9-miliar-4,9-miliar liter/tahun. Dengan begitu, Papua justru menjadi pemasok kebutuhan bahan bakar di daerah lain.

Cukup

Potensi aren sebagai bahan baku etanol juga tak kalah hebat. Dari sebatang pohon Arenga pinata diperoleh 15-20 liter nira/hari. Nira itulah yang nantinya difermentasi menjadi bioetanol. Jika dalam setahun aren disadap selama 200 hari, total nira yang dihasilkan 3.000-4.000 liter/pohon. Untuk menghasilkan seliter bioetanol diperlukan 15 liter nira. Jadi, setiap pohon bisa menghasilkan 200 liter etanol/tahun. Bila seluruh populasi aren di Minahasa Utara itu diolah menjadi bioetanol, dapat dihasilkan 400-juta liter/tahun.

Itu baru potensi bioetanol yang dihasilkan dari tanaman liar di hutan-hutan. Belum lagi bila lahan kritis yang ada di masing-masing daerah juga digunakan untuk budidaya tanaman bahan baku bioetanol. Di Papua saja jumlah lahan kritis mencapai 2.935.375 ha. Seandainya seluruh lahan itu ditanami bahan baku bioetanol dengan produktivitas minimal 4.000 liter/ha/tahun, akan menghasilkan 11,7-miliar liter bioetanol/tahun.

Jumlah itu dapat memenuhi kebutuhan premium di Pulau Jawa yang mencapai 12-miliar liter/tahun. Jawa memang paling rakus mengkonsumsi bensin, yakni mencapai 70% dari total konsumsi bensin nasional. Namun, ia paling kurus potensi bioetanolnya, hanya 1,297-miliar liter/tahun. Bila Papua memanfaatkan kekayaan mereka untuk memproduksi bioetanol, ia akan jadi raja energi di tanahair.

Tak hanya Papua yang kaya sumber bioenergi. Pulau-pulau besar seperti Sumatera dan Kalimantan juga menyimpan potensi yang sama. Menurut Dr M Arief Yudiarto, peneliti Balai Besar Teknologi Pati, kedua pulau itu berpotensi menghasilkan masing-masing 11,6-miliar liter dan 11,8-miliar liter bioetanol/tahun. Dengan menggabungkan potensi kedua pulau itu saja, kebutuhan premium nasional yang mencapai 17-miliar liter/tahun dapat dipenuhi.

Sorgum

'Pilihlah bahan baku yang sesuai dengan potensi daerah,' ujar Roy Hendroko, staf ahli PT Rajawali Nusantara Indonesia yang juga menjadi konsultan ahli pada beberapa perusahaan yang mengembangkan bioenergi. Meski produktivitas aren paling tinggi bila diolah menjadi bioetanol-40.000 liter/ha/tahun-belum tentu cocok dibudi-dayakan di Sumatera dan Kalimantan. 'Bioetanol berbahan aren cocok dikembangkan di Minahasa Utara karena warga di sana memiliki budaya menyadap nira,' katanya.

Begitu juga dengan ubikayu. Walaupun di Lampung membentang perkebunan singkong, belum tentu di kawasan itu potensial dikembangkan bioetanol. Sebab, di sana marak produsen tepung tapioka. Bila industri bioetanol berdiri di Lampung, permintaan singkong akan meningkat sehingga menaikkan harga. Akibatnya menjadi bumerang bagi produsen bioetanol karena biaya bahan baku menjadi tinggi.

Sorgum manis, kini yang digadang-gadang menjadi 'kuda hitam' bahan baku bioetanol. Tanaman ini belum dimanfaatkan oleh industri mana pun. Jadi tak perlu khawatir mengganggu kebutuhan pakan maupun pangan. Produk-tivitasnya pun tak kalah tinggi. Bila yang dimanfaatkan adalah nira dari perasan batang, produktivitasnya sebanding dengan tebu yang dapat menghasilkan 5.000-6.000 liter bioetanol/ha/tahun.

Bagaimana dengan pengganti solar? Di Indonesia tumbuh 62 jenis tanaman penghasil minyak. Minyak nabati itu dapat diolah dengan transesterifikasi menjadi biodiesel. Jarak pagar Jatropha curcas salah satu tanaman yang paling berpotensi sebagai pengganti solar. Dari biji kering dapat dihasilkan rata-rata 1.500 liter minyak/ha/tahun.

Menurut catatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, setidaknya 19,8-juta hektar lahan cocok untuk ditanami jarak pagar. Lahan itu tersebar hampir di seluruh provinsi. Jika seluruhnya ditanami jarak, minyak nabati yang dihasilkan mencapai 29,7-miliar liter. Setelah ditransesterifikasi menghasilkan 23,76-miliar liter biodiesel. Jumlah itu hampir memenuhi konsumsi solar nasional mencapai 26-miliar liter/tahun. Dengan begitu, tak perlu risau meski harga minyak dunia terus merangkak naik. (Imam Wiguna)

sumber : Trubus

Selengkapnya...

Fakta Mengejutkan Tentang Rokok!

Perhatikanlah fakta-fakta yang mengejutkan berikut tentang rokok dan perokok di Indonesia dan dunia:

1. Sejauh ini, tembakau berada pada peringkat utama penyebab kematian yang dapat dicegah di dunia. Tembakau menyebabkan satu dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian tahun 2006. Ini berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati dua kali jumlah kematian saat ini jika kebiasaan konsumsi rokok saat ini terus berlanjut. [1]
2. Diperkirakan, 900 juta (84 persen) perokok sedunia hidup di negara-negara berkembang atau transisi ekonomi termasuk di Indonesia. The Tobacco Atlas mencatat, ada lebih dari 10 juta batang rokok diisap setiap menit, tiap hari, di seluruh dunia oleh satu miliar laki-laki, dan 250 juta perempuan. Sebanyak 50 persen total konsumsi rokok dunia dimiliki China, Amerika Serikat, Rusia, Jepang dan Indonesia. Bila kondisi ini berlanjut, jumlah total rokok yang dihisap tiap tahun adalah 9.000 triliun rokok pada tahun 2025. [1]
3. Di Asia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa. Namun, sampai saat ini Indonesia belum mempunyai Peraturan Perundangan untuk melarang anak merokok. Akibat tidak adanya aturan yang tegas, dalam penelitian di empat kota yaitu Bandung, Padang, Yogyakarta dan Malang pada tahun 2004, prevalensi perokok usia 5-9 tahun meningkat drastis dari 0,6 persen (tahun 1995) jadi 2,8 persen (2004). [1]
4. Peningkatan prevalensi merokok tertinggi berada pada interval usia 15-19 tahun dari 13,7 persen jadi 24,2 persen atau naik 77 persen dari tahun 1995. Menurut Survei Global Tembakau di Kalangan Remaja pada 1.490 murid SMP di Jakarta tahun 1999, terdapat 46,7 persen siswa yang pernah merokok dan 19 persen di antaranya mencoba sebelum usia 10 tahun. “Remaja umumnya mulai merokok di usia remaja awal atau SMP,” kata psikolog dari Fakultas Psikologi UI Dharmayati Utoyo Lubis. [1]
5. Sebanyak 84,8 juta jiwa perokok di Indonesia berpenghasilan kurang dari Rp 20 ribu per hari–upah minimum regional untuk Jakarta sekitar Rp 38 ribu per hari. [2]
6. Perokok di Indonesia 70 persen diantaranya berasal dari kalangan keluarga miskin. [3]
7. 12,9 persen budget keluarga miskin untuk rokok dan untuk orang kaya hanya sembilan persen. [3]
8. Mengutip dana Survei Ekonomi dan Kesehatan Nasional (Susenas), konsumsi rumah tangga miskin untuk tembakau di Indonesia menduduki ranking kedua (12,43 persen) setelah konsumsi beras (19.30 persen). “Ini aneh tatkala masyarakat kian prihatin karena harga bahan pokok naik, justru konsumen rokok kian banyak,” [3]
9. Orang miskin di Indonesia mengalokasikan uangnya untuk rokok pada urutan kedua setelah membeli beras. Mengeluarkan uangnya untuk rokok enam kali lebih penting dari pendidikan dan kesehatan. [3]
10. Pemilik perusahaan rokok PT Djarum, R. Budi Hartono, termasuk dalam 10 orang terkaya se-Asia Tenggara versi Majalah Forbes. Ia menempati posisi kesepuluh dengan total harta US$ 2,3 miliar, dalam daftar yang dikeluarkan Kamis (8/9/2005). [4]
11. Sekitar 50% penderita kanker paru tidak mengetahui bahwa asap rokok merupakan penyebab penyakitnya. [5]
12. Dari 12% anak-anak SD yang sudah diteliti pernah merasakan merokok dengan coba-coba. Kurang lebih setengahnya meneruskan kebiasaan merokok ini. [5]
13. Besaran cukai rokok di Indonesia dinilai masih terlalu rendah. Saat ini, besarnya cukai rokok 37 persen dari harga rokok. Bandingkan dengan India (72 persen), Thailand (63 persen), Jepang (61 persen). [6]
14. Sebanyak 1.172 orang di Indonesia meninggal setiap hari karena tembakau. [7]
15. 100 persen pecandu narkoba merupakan perokok. [8]
16. Perda DKI Jakarta No 2 Tahun 2005, Pasal 13 ayat 1: Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan dilarang merokok. — Pelanggarnya diancam dengan sanksi pidana berupa denda maksimum Rp 50 juta, atau 6 bulan kurungan. Kenyataannya, Perda ini seperti dianggap tidak ada oleh perokok, dan pemerintah pun tidak tegas dalam menjalankannya.

Hmm, seandainya pemerintah dapat tegas menjalankan Perda di atas, mungkin hutang pemerintah akan langsung lunas dibayar para perokok… :mrgreen: Selain itu tentunya akan mengurangi pencemaran udara, membuat masyarakat lebih sehat, mengurangi angka kemiskinan, dan mengurangi angka kriminalitas.

Di antara 16 fakta di atas, fakta mana yang paling mengejutkan untuk Anda? Kalau untuk saya, fakta nomor 5 yang paling mengejutkan. Saya jadi ingat kata-kata: tidak ada perokok yang terlalu miskin untuk membeli rokok. Tampaknya kata-kata itu ada benarnya. Mereka lebih memilih rokok dibandingkan kebutuhan pokok mereka lainnya

source : http://zonabiru.blogspot.com/2008/07/fakta-mengejutkan-tentang-rokok-dan.html

Selengkapnya...