04 November 2008

Jantung Berteknologi Satelit

TEMPO Interaktif, London: Prinsip kerja jantung manusia ternyata sama dengan pesawat terbang. Alasan itulah yang membuat European Aeronautic Defense and Space, atau EADS, induk perusahaan Airbus, tertarik meluaskan sayapnya dan memproduksi jantung buatan yang diklaim dapat merespons tubuh manusia dengan lebih baik.

Sebagai raksasa industri pesawat, satelit, dan sistem telekomunikasi militer, tak mengherankan bila EADS memasukkan beragam teknologi canggih satelit dan pesawat dalam pembuatan jantung itu. Untuk mewujudkan bisnis baru ini, EADS menggandeng pakar jantung asal Prancis, Alain Carpentier, dan mendirikan Carmat. "Prinsip yang digunakan pada pesawat sama dengan tubuh manusia," kata Patrick Coulombier, kepala operasi Carmat.


Coulombier mengatakan sensor kecil yang digunakan untuk mengukur tekanan udara dan ketinggian pada sebuah pesawat atau satelit ternyata juga bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi kecepatan pemompaan jantung serta tekanan pada dindingnya. Berkat teknologi tersebut, jantung made-in Prancis ini dapat merespons dengan cepat bila pasien membutuhkan lebih banyak atau lebih sedikit pasokan darah. Jantung ini diperkirakan bakal dijual seharga Rp 2 miliar.

Harganya sedikit "miring" dibandingkan jantung buatan Amerika saat ini, AbioCor. Jantung buatan produksi Abiomed itu dijual dengan kisaran harga Rp 2,7 miliar.

Jantung buatan Carmat ini diungkapkan pertama kali dalam sebuah konferensi pers di Paris, pekan lalu. Sejauh ini, jantung tersebut baru diuji terhadap binatang. Para ilmuwan berharap suatu hari nanti jantung buatan ini dapat membantu penderita gagal jantung bertahan hidup tanpa memerlukan transplantasi jantung manusia.

Ahli jantung Alain Carpentier menyatakan dirinya perlu lebih dari 15 tahun untuk menyempurnakan prototipe ini setelah mengalami berbagai kegagalan dalam merancang prototipe lainnya. Carpentier menyatakan jantung buatan ini adalah cara alternatif untuk mengatasi minimnya donor jantung dan bertambah panjangnya daftar tunggu pasien jantung.

"Saya tidak bisa diam melihat kaum muda yang aktif mati di usia 40 tahun karena serangan jantung berat," kata pendiri Heart Transplant and Prostheses Laboratory di Pierre & Marie Curie University, Paris, ini.

Salah satu perbaikan yang dilakukannya adalah menutupi jantung baru itu dengan jaringan alami yang diperlakukan secara khusus, atau disebut jaringan biosintesis, untuk menghindari masalah penolakan. Hal ini membuat sejumlah dokter optimistis bahwa jantung yang sebagian besar terbuat dari jaringan alami tersebut bisa melindungi pasien dari obat-obatan antipenolakan dan antipenggumpalan.

Sebenarnya, bukan hanya ilmuwan Amerika dan Prancis yang piawai merakit jantung buatan. Para peneliti di Jepang dan Korea Selatan juga ahli dalam membuat jantung buatan. Tapi jantung buatan Prancis ini punya keunggulan dibandingkan dengan versi Jepang, Korea, atau Amerika sekalipun. Ini adalah jantung buatan pertama yang mampu menentukan kebutuhan pasien dan meresponsnya.

Abiomed telah mengetahui kemajuan proyek jantung buatan Prancis itu. Tapi perusahaan Amerika tersebut menyatakan generasi terbaru produknya tetap selangkah lebih maju. "Jantung buatan kami telah dicangkokkan ke sejumlah pasien dan mendapat persetujuan dari FDA, badan makanan dan obat Amerika," kata Aimee Maillett, juru bicara perusahaan tersebut. Rata-rata, AbioCor dapat memperpanjang usia pemakainya sampai lima bulan.

Jantung buatan yang ada di pasaran saat ini tak bisa memvariasikan kecepatan pemompaan secara otomatis. Sedangkan jantung Prancis ini boleh dibilang "hidup", dengan dua pompa pengirim darah ke dalam paru-paru dan seluruh tubuh, hampir sebaik jantung asli. Jantung buatan milik Abiomed hanya memiliki satu pompa.

Untuk memastikan jantung buatan ini mampu bekerja dengan semestinya, para ilmuwan di Carmat telah mengujinya terhadap domba selama tiga sampai enam bulan. Mereka juga mengecek bagaimana tubuh binatang itu bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap jantung baru itu. Tapi mereka tidak mengetes seberapa lama jantung itu bisa memperpanjang usia si domba.

Eksperimen laboratorium menguji jantung itu dalam beragam skenario, misalnya bila seorang pasien berolahraga dan membutuhkan lebih banyak suplai darah. "Jika benar-benar bekerja, ini adalah terobosan besar," kata Dr Douglas Zipes, mantan Kepala American College of Cardiology dan dosen kardiologi di Indiana University.

Jantung buatan versi Prancis ini terbuat dari bahan alami, di antaranya polimer dan jaringan babi. Material binatang itu memang telah lazim digunakan dalam katup jantung yang dicangkokkan pada manusia. Karena bersifat alami, jaringan babi tidak menyebabkan masalah penolakan atau penggumpalan, yang biasa terlihat pada perangkat atau jantung buatan.

Perusahaan biomedis itu berencana membuat 15 jantung buatan. Sebagai tahap awal, jantung buatan ini akan dicangkokkan kepada pasien yang menderita serangan jantung berat atau gagal jantung. Tak menutup kemungkinan juga dicangkokkan kepada pasien yang kondisi jantungnya tidak terlampau parah.

Para dokter Prancis berharap pengetesan pada manusia bisa dimulai dalam dua sampai tiga tahun mendatang, setelah mereka mendapat persetujuan dari pihak berwenang di Prancis. "Hanya lewat uji klinislah yang bisa membuktikan apakah jantung buatan versi Prancis ini sesuai dengan klaim yang dibuat perusahaan manufakturnya," kata Peter Weissberg dari British Heart Foundation.

Salah satu tantangan terbesar yang masih harus dibuktikan adalah masalah suplai tenaga. Carmat menyatakan baterainya tahan sekitar 5-16 jam dan harus segera diisi ulang untuk menghindari jantung berhenti berdetak. Kini tim Carpentier mempelajari dua opsi tanpa harus memasukkan kabel ke dalam kulit untuk menghindari risiko infeksi.

Related Posts by Categories



Tidak ada komentar:

Posting Komentar